Info Sekolah
Jumat, 22 Sep 2023
  • Selamat datang di MA YPPA Cipulus

JALUR REMPAH NUSANTARA: CENGKEH AROMANYA MENDUNIA HINGGA BANGSA EROPA MENJAJAH NUSANTARA

Minggu, 17 September 2023 Oleh : Muhamad Yogie Apriansyah Bukhori, S.E.

Oleh : Abdus Shomad S.Sos.I

Guru Sejarah Indonesia @MA YPPA Cipulus dan Ketua AGSI JABAR

Abstrak

Indonesia adalah bumi syurga yang telah Tuhan berikan kepada mahluk-Nya di bumi Nusantara, segala kekayaan berlimpah  di dalamnya baik  di daratan maupun di lautan, hutannya yang hijau membentang dari ujung pulau Sumatra hingga ujung pulau Irian Jaya, di dalamnya tersimpan kekayaan berlimpah dari segala  makhluk  hidup  hingga jutaan jenis ragam hayati dan tetumbuhan yang mempunyai manfaat untuk menunjang hajat hidup umat manusia, ada yang bermanfaat untuk kesehatan dan ada juga untuk penyedap aroma masakan hingga pengawet masakan, seperti, cengkeh, pala, kayu manis, lada, kapulaga, jahe dan yang lainnya. Dalam catatan sejarah Nusantara, bangsa kita adalah bangsa yang punya catatan gemilang dalam dunia perdagangan antar pulau, antar samudra bahkan antar benua. Bahkan dalam catatan sejarah tersebut telah menjadi satu kesatuan yang utuh dan tidak dapat dipisahkan yaitu sejarah rempah-rempah nusantara yang telah mendunia yang lebih dikenal dengan jalur rempah-rempah. Dengan demikian tujuan dari tulisan ini untuk mengagas kembali satu tema yang menarik yaitu “Jalur Rempah Nusantara: Cengkeh Aromanya Mendunia Hingga Bangsa Eropa Menjajah Nusantara” dari uraian di atas dapat kita pahami bahwa jalur rempah di Indonesia telah menjadikan peradaban baru bagi bangsa-bangsa di Eropa Barat dan  sejarah kemaritiman serta untuk mengangkat kembali kekayaan alam nusantara dalam meninggaktakan perekonomian masyarakat dan memajukan kehidupan masyarakat di atas keaneka ragaman hayati dan budaya setiap wilayah yang ada di nusatara..  Selanjutnya, desain yang digunakan dalam penulisan ini adalah pendekatan sosial, budaya dan ekonomi. Yang dalam kajiannya  menggunakan  literature dengan memilih beberapa rujukan buku, jurnal, google, dan dari berbagai sumber. Rujukan tersebut hanya sebatas telaah untuk mempertajam pisau analisiis tentang salah satu rempah nusantara  seperti Cenkgeh yang aromanya telah mendunia hingga ke negeri-negeri di benua Eropa yang pada akhirnya memonopoli perdagangan, melakukan kolonialisme dan imperialism di Nusantara.

Kata kunci: Jalur rempah, Cengkeh, Maluku

PENDAHULUAN

Dalam mata pelajaran sejarah Indonesia di tingkat sekolah menengah atas baik di SMA, MA dan SMK diskursus tentang Jaur Rempah Nusantara hampir tidak pernah masuk dalam pembahasan pemebelajaran, hanya baru-baru ini untuk sekolah-sekolah yang sudah menerapkan kurikulum merdeka dalam mata pelajaran sejarah Indonesia sudah dimasukan materi tentang Jalur rempah Nusantara, padahal lewat jalur rempah-rempah nusantara bangsa-bangsa di benua asia dan benua eropa telah membuat jejaring perniagaan, terjadinya kontak social, budaya  dan interaksi dengan para musafir, pedagang dari belahan dunia Barat dan Timur.

Dalam Fakta-fakta sejarah, Maluku adalah merupakan salah satu kawasan di kepulauan nusatara yang memiliki sumber daya alam yang kaya dan berlimpah terutama rempah-rempanya yang mendunia. Bahkan telah menjadi rumah bagi tanaman endemik seperti cengkeh dan pala, Pulau Maluku yang saat itu telah mejadi tujuan utama para pendatang dari Eropa yang membawa rempah pada titik baru dalam perekonomi dunia kala itu.  Kedatangan bangsa Barat yang akhirnya melakukan Imperialisme dan Kolonialisme berawal dari adanya sebuah perjanjian yang dikenal “Perjanjian Tordesilas 1449 M” yang di buat oleh kerajaan Katolik Portugis dan Kerajaan Katolik Spanyol. Perjanjian ini di pimpin oleh Paus Alexander VI, dalam perjanjian ini, Paus Alexander VI telah memberikan wewenang kepada Kerajaan Katolik Portugis untuk menguasai dunia belahan timur. Sebaliknya Kerajaan Katolik Spanyol diberikan kewenangan untuk menguasai dunia belahan Barat.

Pada akhirnya sampailah bangsa-bangsa Eropa ke negeri Hindia atau Nusantara yaitu pulau Maluku yang kaya akan sumber rempah-rempah yang selama ini di cari sebagai komoditi perdagangan rempah-rempah seperti cengkeh yang menjadi primadona dalam perdagangan pasar global pada waktu itu. Hal inilah yang pada akhirnya membuat bangsa kita terjajah oleh bangsa-bangsa eropa, akan tetapi kedatangan mereka ke nusantara bukan saja untuk mencari kekayaan, tapi juga menyimpan misi lain, seperti misi penyebaran agama dan penguasaan wilayah untuk kejayaan  bangsanya, yang kemudian kita lebih mengenal dengan misi 3G. Gold, Glory dan Gospel.

Ada sebuah pertanyaan kecil, kenapa negeri kaya-raya yang terhadap rempah-rempahnya itu dinamakan Maluku, karena di negeri itu banyak terdapat kerajaan-kerajaan Islam yang rajanya bergelar Malik atau raja, seperti kerajaan Ternate, Tidore, Bacan, Jailolo, dan Ambon.  Di tambah Peta Bumi pada saat itu menggunakan nama-nama berbahasa Arab dan kumpulan pulau-pulau itu dinamakan Jazirah Al-Muluk atau yang sekarang lebih dikenal bernama Maluku.

PEMBAHASAN

Dalam catatan sejarah, Maluku adalah wilayah di nusantara sebagai penghasil cengkeh terbaik dalam perdagangan dunia saat itu karena cengkehnya memiliki cita rasa yang khas dan bermutu tinggi dibandingkan dengan cengkeh dari daerah lain. Di Maluku sendiri terdapat tanaman cengkeh tertua di dunia yang bernama cengkeh Afo yang diperkirakan usianya lebih dari 250 tahun. Yang ada di lereng Gunung Gamalama, pulau Ternate.

Menurut penjelasan R.A. Donkin, cengkeh sebelum dipopulerkan oleh orang-orang Eropa sebagai komoditi perdagangan yang bernilai tinggi, tenyata cengkeh juga telah menjadi komoditas yang diperdagangkan oleh pedagang-pedagang Asia dalam jaringan perdagangan Asia klasik. Penemuan biji lada hitam pada lubang hidung Ramses II sang Firaun dari Mesir dan berbagai jenis rempah dalam perutnya, tak lama setelah kematiannya pada 12 Juli 1224 SM, mengindikasikan bahwa rempah-rempah bukan sekedar berkaitan dengan persoalan mumifikasi mayat, tetapi juga terkait dengan sistem kepercayaan orang-orang Mesir ketika itu. Dalam sistem kepercayaan orang-orang Mesir kematian bukan akhir dari kehidupan, oleh karena itu tubuh si mayat harus diawetkan, agar tidak terjangkiti apa yang disebut ”keringat set”. Jika si mayat terkena keringat set, kematiannya menjadi abadi, artinya tidak ada kehidupan lagi sesudah kematian di dunia ini. Dalam hal ini wewangian rempah memberi simbol berjayanya kehidupan atas kematian, serta adanya keabadian, seperti dewa-dewa yang tak dapat meninggal bersifat ilahi–dan berbau aroma rempah.

Sementara dalam pola pikir manusia abad pertengahan, rempah-rempah bermakna sama dengan obat-obatan. Ketika rempah-rempah menjadi cita rasa yang populer saat itu, lalu karakteristik dari aromanya mendapat beragama tanggapan. Semua orang sepakat bahwa baunya sangat sensual, rempah-rempah berbau khas surgawi. Hasrat untuk mendapatkan rempah-rempah dari negeri asalnya mendorong kalangan pemodal besar dan pihak kerajaan Spanyol dan Portugis untuk membiayai Christopher Columbus, Vasco da Gama, dan Fernando Magelhans masing-masing dengan armadanya yang cukup besar. Di samping itu, bukan saja pedagang-pedagang Islam yang menguasai jaringan perdagangan rempah-rempah, tetapi juga terlibat di dalamnya pedagang Tiongkok, India, Melayu, dan Yahudi. Memang harus diakui, bahwa selama perjalanan rempah-rempah dari Timur ke Barat, para pedagang perantara yang berbeda budaya dan agama itu akan terus meningkatkan harga, sehingga setelah tiba di Eropa, harganya sudah mencapai 1000% bahkan lebih besar lagi. Dengan biaya semacam itu, timbul aura kemewahan, bahaya, jarak, dan profit yang berlipat ganda. 

Namun seiring waktu terjadilah penjelajahan bangsa eropa ke belahan dunia bagian timur hingga tibalah ke pulau Maluku yang kaya dengan komoditi rempah-rempahnya seperti cengkeh,kayu manis, pala, lada hitam, jahe dan rempah-rempah lainnya,  yang kemudian berubah menjadi perlombaan monopoli perdagangan rempah-rempah. Nah…! salah satu latar belakang kedatangan bangsa Eropa ke Nusantara adalah dalam rangka mencari rempah-rempah. Karena rempah-rempah yang dibutuhkan bangsa Eropa sebagian besar terdapat di Indonesia yang nilainya sempat melebihi logam mulia seperti emas. Bangsa Eropa pertama yang menggunakan pengaruhnya di wilayah Indonesia adalah Portugis dan Spanyol. Kedua bangsa tersebut pertama kali mendarat di Maluku, sebuah wilayah di nusantara pengasil rempah-rempah terbaik seperti cengkeh. Kemudian kedatangan bangsa Portugis ke Maluku untuk bekerja sama dengan kerajaan-kerajaan yang ada seperti kerajaan Ternate, untuk melakukan kerjasama dalam perdagangan rempah-rempah. Sedangkan Spanyol datang ke Maluku untuk mendapatkan rempah-rempah dengan bekerja sama kepada Kerajaan Tidore. Namun, sesuai Perjanjian Zaragoza, Spanyol akhirnya hengkang dari Maluku. Setelah itu, datanglah bangsa Belanda ke Indonesia pada tahun 1596. Dalam perkembangannya, kekayaan alam Indonesia telah membuat bangsa Eropa gelap mata. Mereka mulai melakukan praktik monopoli perdagangan rempah-rempah dan melakukan penjajahan di Indonesia. Setelah berhasil mengusir bangsa Portugis dari Indonesia, Belanda akhirnya mendirikan kongsi dagang VOC, yang menjadi pusat monopoli perdagangan rempah-rempah dan hasil bumi lainnya di Indonesia. Bahkan, keberhasilan monopoli VOC mengantarkannya sebagai sebuah perusahaan dagang paling kaya di dunia saat itu. Dapat disimpulkan, kekayaan rempah-rempah yang dimiliki Indonesia saat itu telah mendorong bangsa Eropa melakukan penjajahan atau kolonialisme di Indonesia.

Tulisan Lainnya

Oleh : Dudi Sopandi, S.Pd.

BUDI PEKERTI ( TATAKRAMA )

Oleh : Muhamad Yogie Apriansyah Bukhori, S.E.

Sejarah Singkat Al-Khawarizmi (Bapak Aljabar)

5 Komentar

Aang , Minggu 17 Sep 2023

Kerrren pak Abdussomad

Balas
emilia indah c. , Minggu 17 Sep 2023

bermanfaat sekali isi tulisannya pak…terimakasih.

Balas
Zakey Ahmad Haidar , Minggu 17 Sep 2023

Mantap

Balas
Ilhamagungpangestu , Minggu 17 Sep 2023

Mantap sekali.

Balas
Arpan Ripa'i , Minggu 17 Sep 2023

Keren Pak Abdul Somad sangat bermanfaat sekalih

Balas

Tinggalkan Komentar

 

Video Terbaru